Selasa, 14 Desember 2010

astaghfirullah

Akhirnya saya posting lagi (lagi-lagi posting) saat saya sangat galau
sebenarnya ada posting yang sudah saya persiapkan dan itu menurut saya bagus


tapi


pagi tadi saya baru saja kehilangan laptop, hape dan dompet saya
dengan cara yang tragis

semoga saja mas yang telah mengambinya dari saya diberikan hidayah
amin

Minggu, 05 September 2010

sekarang saatnya pulang

Kereta yang aku tunggu itu akhirnya berhenti juga yepat di depanku, juga dengan pintu gerbong yang tepat di depanku. Aku memang diantar ke stasiun itu, oleh kakak sepupuku yang tinggal di Bekasi. Menyenangkan, bertemu dengan keluargaku sebelum bertemu dengan keluargaku di Jogja. Semua terasa sangat indah, mungkin berlebihan, tapi memang bagi seseorang yang sedang jauh dari kampung halamannya hal seperti ini sudah sangat ditunggu-tunggu. Melebihi sebuah suasana pagi yang ditunggu dengan datangnya sore oleh seorang anak kos sepertiku dan anak kos lainnya. Lama aku tidak pulang, ya lama. Seperti apa tempat-tempat favoritku di sana ?

Sebelum aku pulang dengan kereta di mana aku sekarang berdiri di pintunya, aku melihat dulu ke tempat yang ingin aku tinggalkan. Mengingat malam sebelumnya aku melaksanakan ibadah sunnah bersama keluarga kakak sepupu, merasakan kehangatan buka bersama dengan makanan yang sangat bergizi bagi seorang anak kos sepertiku. Dan yang lebih lucu dua keponakan cerdasku, Ghozi dan Dzaky. Mengingat mereka aku jadi teringat masa kecil, yang sudah sangat lalu dengan adikku. Mereka kompak, kombo, dan erat. Terutama dalam main video game di laptopku yang suka hang itu. Intinya mereka benar-benar mirip dengan aku dan adikku. Kata-kata yang selalu aku ingat, mungkin aneh

"Kak gantian main CS (Counter Strike)-nya dong" rengek si Dzaky
"Bentar kakak lagi jago ini" jawaban Ghozi, yang entah kenapa terdengar lucu di
telingaku

Kekompakan yang aneh, tapi mereka sebearnya saling pengertian dan akur. Berbeda dengan pemerintah yang selalu ribut dengan hal yang sepele.

Cukup sudah lamunanku itu, saatnya fokus dan berjalan masuk ke dalam kereta. Aku di gerbong empat, kursi 8A dan tidak ada yang sudah duduk di tempat duduk sampingku. Mungkin nanti datang pikirku. Hal paling menarik dalam kereta kelas bisnis di negeriku ini pun mulai berdatangan. Mereka adalah penjual asongan, makanan, minuman hangat, dan barang- barang elektronik "ajaib" lainnya. Dan yang selalu aku tunggu, mi instan dengan cup dari sterefoam yang katanya tidak sehat itu. Nanti sajalah belinya.

Kereta ini terus melaju, tetap saja banyak pedagang berseliweran dan menurutku mereka bersaing dengan penjual makanan dari gerbong restorasi kereta ini. Tentu yang aku pilih itu dari pedagang asongan, menurutku sih lebih enak dan harganya tidak lebih dari bintang lima. Sebagai informasi, harga makanan dari gerbong restorasi relatif mahal.

Aku juga masih punya teka-teki dalam kereta ini, siapa yang bakal duduk disamping keretaku ini. Tapi aku tetap merasa bakal sendiri saja, ya keadaan itu cukup baik. Lagipula ini malam hari dan mungkin tidak ada waktu untuk mengobrol. Ternyata di stasiun Cirebon yang sebelumnya aku kira sudah di stasiun Purwokerto, orang yang duduk disampingku datang. Ya dia seorang mahasiswa dari kotaku. Tidak ada percakapan, hanya diam dan aku makan mi instan yang sudah aku beli.

Aku melihat ke arah luar lewat jendela di sebelah kanan, hitam. Tidak terlihat apapun. Bahkan setitik cahaya. Semakin sepi meski deru mesin kereta ini sangat tinggi desibell-nya. Pemandangan yang ingin segera kau lihat belum terlihat juga. Aku menunggu stasiun Wates yang berarti itu saatnya aku kirim pesan untuk minta dijemput di stasiun Tugu, Yogya. Mengapa kulihat jam ini selalu lambat ya, mungkin karena aku sudah tak sabar melihat mereka.

"assalamu'alaykum, halo pa" aku menjawab telepon dari ayahku
"wa'alykum salam, udah sampe mana kak? tanya ayahku
"stasiun Wates pa, sebentar lagi, nanti aku sms mas Adi aja"
"ya udah, sms langsung ya biar nanti enggak nunggu lama"
"ya"
"wassalamu'alaykum"
"wa'alaykum salam"

Senang rasanya, berarti setengah jam lagi. Aku siapkan barang bawaanku yang sangat berlebihan. Ada pakaian juga nata de coco yang sama sekali belum aku buat di kos, anak kos yang aneh menurutku. Kereta melambat, ya melambat, hati ini sangat senang dan untuk jantungku masih terikat di aortanya. Dan kereta berhenti. Sebuah teori tercipta.

"menurunnya kecepatan kereta menuju kampung halaman berbanding lurus dengan
kesenangan hati apabila terjadi pada tempat yang dituju dan pada waktu yang telah
ditentukan"

Tak usah diperintah, tak perlu disuruh, segera aku menuju pintu gerbong untuk melihat sebuah setasiun Tugu. Mata ini dimanjakan dengan sebuah ketenangan dan keheningan suasana subuh di Yogya. Aku tarik pendorong di koperku, lalu aku tarik dari depan. Berat juga. Aku melihat sekeliling dan nah itu ada yang menjemputku.

Setelah sedikit obrolan aku segera pulang dengan membonceng di atas motornya. Lagi-lagi Yogayakarta ini menunjukkan keindahannya. Jalan yang sepi di waktu subuh, lampu kendaraan yang mungkin semua biasa saja menjadi sngat spesial di mataku. Tak banyak yang berubah di kota nyaman ini.

Juga rumahku, sambutan hangat datang. Sangat hangat di dinginnya pagi ini, lengkap dengan udara segarnya.

"selamat datang nak"
"nanti mau buka puasa pakai apa ?"
aku jawab
"sayur bayam, ma"

Sabtu, 24 Juli 2010

merantau

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman

Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang

Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan


Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang


Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan

Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang


Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa


Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran


Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam

Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang


Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang


Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa

jika di dalam hutan


Imam Syafi'i
(aku baca dari novel Negeri 5 Menara)

Kamis, 22 Juli 2010

Ketika Kesendirian adalah Teman


Kubuka kamus bahasa Jepang yang kubeli kelas satu SMA dulu. Secara acak aku buka lembaran itu, sangat acak, seakan tidak peduli ada kata apa saja yang aku lewatkan. Mungkin jika orang melihatku mencari-cari kata dengan tidak jelas ini, aku yakin mereka mengira aku seperti orang kesetanan. Tapi pada sebuah buku kamus yang tidak bersalah.

“srek..srek..srek”, suara kamus itu kubuka dengan kasar

Kubolak-balik tanpa ada arah, apa aku tidak merasa aneh ? Ah, biasa saja, aku tidak peduli. Dan aku terus melanjutkan kesetanan ini dan semakain larut di dalamnya. Buat apa aku buka kamus ini juga tujuan yang sudah aku lupakan, seakan semua ini hanya sebuah spontanitas. Aku berhenti sejenak, lalu aku lihat keadaan sekitarku. Semua masih sibuk pada urusan masing-masing, seorang penjual permen harum manis sangat sibuk memutar-mutar batang kayu untuk tempat kapas yang bisa dimakan itu. Di sebelah kiriku, sebenarnya berjarak dua bangku duduk seorang pria paruh baya tapi dengan ketajaman mataku aku masih bisa melihat apa yang dia pegang. Buku yang pernah aku lihat di toko buku depan stasiun, “Bagaimana Menjadi Seorang Manajer dan Ayah yang Baik”, judul yang kurang aku mengerti hingga sekarang.

Sejenak pikiranku berjalan tanpa arah, menuju sebuah pintu masa lalu. Aku ingat pertama kali aku beli kamus itu, di toko buku murah dekat SMA. Di daerah itu buku merupakan komoditas utama, bayangkan saja apabila sejauh mata memandang yang ada hanya tumpukan perkamen-perkamen dan tentunya dengan penjualnya.

Saat itu aku berjalan di lorong-lorong toko buku, yang sepertinya kalau dilihat dindingnya juga buku. Kakiku tidak perlu diarahkan, pasti langsung menuju ke toko langgananku. Tapi betapa jahatnya aku sekarang, lupa aku dengan nama toko itu. Setidaknya aku mungkin ingat nama penjualnya, tapi ternyata tidak juga, maksudnya aku juga lupa. Tapi kalau masalah wajah dan penampilan aku tentu ingat. Bapak itu mungkin umurnya kepala empat, matanya tajam mungkin karena sering membaca buku di tokonya sendiri, dan selalu memakai baju batik.

“siang pak, ada kamus bahasa Jepang pak ?” tanyaku membuka pembicaraan

“ada banyak, lha kamu mau yang mana dek ?” bapak itu balik Tanya dengan logat jawa

Mataku berputar-putar menjelajahi tumpukan buku itu, dan sebuah buku berwarna kuning dengan sampul bergambar kereta shinkansen, bunga sakura, petarung kendo, juga huruf hiragana. Aku minta tolong untuk diambilkan buku itu. Bapak itu berdiri di kursi dari kayu dan mengambilnya, khusus untukku. Buku itu lumayan lebar untuk ukuran sebuah kamus, dan aku baca pelan-pelan huruf hiragana tadi.

ni-hon-go, nihongo” aku eja perlahan dan artinya bahasa Jepang

“buat opo sih le ?” kali ini bahasa Jawa dicampur bahasa Indonesia

“ada pelajaran bahasa Jepang di SMA pak, susah kalau gak pake kamus”

“repot sekolah jaman saiki, bahasa penjajah ya dipelajari, aku mbiyen ya cuma bahasa
Indonesia sama boso Jowo”

Aku tersenyum pelit, iya juga ya kalau Jepang dulu ada tugas menjajah Indonesia. Tapi bukan berarti kita dendam dan sama sekali tidak mau belajar mengenai negeri itu. Mungkin ayah dari bapak penjual itu adalah pejuang yang dulu hidup saat Indonesia menjadi bulan-bulanan romusha Jepang.

Pikiranku kembali berjalan ke masa sekarang, di mana aku sedang duduk di peron menunggu sesuatu yang tak kunjung hadir di depanku. Sepertinya masa hidup di kotaku dulu sangat menyenangkan. Toko buku tempat aku beli kamus yang sekarang aku genggam dengan tidak erat ini adalah tempat aku pulang sebelum aku pulang ke rumah setelah pulang sekolah. Baru aku ingat, biasanya aku juga beli es krim rasa stroberi di sekitar toko itu. Es krim yang dijual di box mobil van, murah, enak, dingin, sesuai dengan suasana sore ditambah lalu lalang pembeli buku. Rasanya tempo hidup melambat dan santai saat itu. Tanpa sadar pikiranku kembali ke masa lalu, dan sekarang bersiap kembali ke masa yang sebenarnya lagi.

Di stasiun ini, semua berjalan dengan cepat, orang yang lalu lalang karena sibuk, pekerja yang menyapu lantai, kereta-kereta tujuan lain, bahkan aku melihat pengemis minta-minta dengan cepat. Apabila tempo musik, ini mungkin adagio. Cepat, tanpa jeda, susah bernapas.

Aku lanjutkan membuka kamus itu, tapi tidak sebrutal tadi. Mungkin dengan pikiranku yang berjalan ke masa lalu telah membuat kecepatan aku membuka kamus turun drastis. Aku tarik napas panjang aku buka pelan-pelan kamus di tanganku. Kulihat di bagian atas, sepertinya tanpa sadar aku membuka bagian dimana kata dengan huruf depan “H” berkumpul, aku terus membuka markas untuk huruf ini. Sampai aku di suatu halaman, halaman genap, tapi aku curiga. Sepertinya gerombolan kata dengan huruf depan ini bersekongkol, mengintimidasiku, tapi bukan menjadi diktator bagiku. Hebat juga persekutuan ini pikirku, apa huruf depan ini bisa membaca perasaanku. Aku eja perlahan kata itu, yang tentu dalam huruf romaji. Perlahan aku eja hi-to-ri, kata itu hitori.



(hanya sebuah penggalan dari suara jiwa di rantau)

Kamis, 25 Maret 2010

liburan :D

liburan juga akhirnya
hahah, udah 2,5 bulan aku di jakarta dan sekarang saya sedang ngenet pagi2 di warnet kesayangan saya di jogja tentunya

belum pergi jauh2 sih tapi ya udah jalan2 lah
aku juga belum main ke tempat temen2 SMA, ntar aja deh
entah kenapa kumpul dengan keluarga itu nomor satu, ya nomor satu

tapi kemarin bunda ke bandung dan ayah ke semarang, alhasil ya sendiri sama jadi tukang jemput adekku reza

yang penting holiday lah, hoho


HOLIDAY
by Scorpion
music : Rudolf Schenker
lyric : Klaus Meine


Let me take you far away
You'd like a holiday
Let me take you far away
You'd like a holiday

Exchange the cold days for the sun
A good time and fun
Let me take you far away
You'd like a holiday

Let me take you far away
You'd like a holiday
Let me take you far away
You'd like a holiday

Exchange your troubles for some love
Wherever you are
Let me take you far away
You'd like a holiday

Longing for the sun you will come
To the island without name
Longing for the sun be welcome
On the island many miles away from home
Be welcome on the island without name
Longing for the sun you will come
To the island many miles away from home

Rabu, 16 Desember 2009

best high school

posting di tengah kesibukan jadwal kuliah
ya sibuk gara-gara dulu sering kosong, giliran sampe akhir-akhir jadinya sangat sibuk
biasa lah, ngenet di warnet depan kosan

oh iya hari ini SMA ku tercinta SMAN 1 TELADAN YOGYAKARTA berulang tahun yang ke-52.
selamat ya SMA ku, sudah lama kamu berdiri di pinggir jalan H.O.S Cokroaminoto itu.
SMA ku, semoga kamu terus JAYAMAHE dan menciptakan makin banyak generasi hebat di Indonesia ini.
TELADAN JAYAMAHE !

sekolah itu, menjadi tempat yang sangat aku rindukan
padahal di tahun pertama aku masih belum mengenal keseluruhan isi sekolah itu. ya karena ke"cupu"anku dulu.
tapi masuk tahun kedua aku mulai merasakan masa yang sangat seru. di IPA itu.
segala kekonyolan terjadi, keributan, kegaduhan, sedih, gembira, nakal, dan romantisme.

aku ingat waktu itu
kami sekelas sering curi waktu untuk main Counter Strike di perpus atau di lab.kom (sebelum salat Jum'at, haha ingatkah kalian ?)
setiap sore aku selalu pulang terlambat ke rumah. ditemani adit, temanku yang sekarang juga di STAN dan satu kosan denganku. kami di labkom perpus bawah.
ya untuk download, aku download game dia download lagu. sampe pak penjaga bosen liat kita. kita sering ninggal downloadan juga waktu siang hari, lalu sorenya diambil karena sudah selesai.
kegiatan konyol lainnya sangat banyak. bolos bareng, jajan di kantin bareng, makan di warung ijo, kenangan yang sangat berharga.

di sana aku belajar untuk bersosialisasi, ya mungkin oleh anto.
oh iya yang paling aku ingat.

pagi itu hari senin, dan pelajaran pertama setelah upacara adalah matematika oleh Pak Narlan (guru yang satu ini, -__-"). salah satu teman kami namanya yossa, jadi begini

pak narlan : "kenapa kamu terlambat ?"
yossa : "ngeyup (berteduh dalam Bahasa Indonesia) pak"
pak narlan : "enggak hujan gini kok ngeyup ngapain ? ya sudah ayo duduk sana"

hahaahaahaha sekelas ketawa semua, parah alesannya yossa
eh belum selesai

pak narlan : "oh iya yossa, pe-er nya udah dikerjakan belum ?"
yossa : (panik) "eh, iya udah pak. ini pak"
pak narlan : "loh kok ini, ini kan yang saya tulis di papan tulis kemarin"
yossa : "oh iya ya pak" (garuk kepala)
pak narlan : "wah bagaimana ini (khas pak narlan), bandel ini yossa mau gimana ini"

hahaahah sekelas malah pada ketawa...ada dalam ingatanku

ada juga romantisme antara simuh dan a'is. good tragic love story
persahabatan Nagabonar (nama kelasku), sangat kurindukan

tak terasa, aku sampai di tahun ketigaku
mulai sibuk untuk les dan belajar mempersiapkan UM UGM, UN, USM ITB, SNM PTN, USM STAN. ya kesibukan yang cukup menyita waktuku.

kelas ynag sanagt kompak, kita konsisten belajar bersama
ya belajar terus lah.
tapi juag ada selingan humor yang banyak dari opi (lama gak ketemu bro opi dan bro egrit T^T)
ada kegagalan, tapi semua insya Allah akan berujung pada kesuksesanku

dan sekarang aku di sini, kalau aku ingat perjuanganku.
les, iya meskipun hujan deras. selalu kupacu motor Vega tuaku untuk menuju tempat les. mencoba menyalip motor CS1 punya ABM tapi kayaknya gak mungkin, haha.

try out, yang kalau nungguin hasilnya selalu bikin aku deg-degan

PMKT tiap jam setengah tujuh pagi, oh iya kau belum pernah gak ikut PMKT lo sama ABM juga

evaluasi untuk UN

trus ada soal-soal UN dari dinas apa itu lupa

tes IT TELKOM, alahamdulillAH Tek.Telekomunikasi

UM UGM, aku belum keterima

USM ITB, juga belum keterima

SNM PTN, alhamdulillah impianku FTTM ITB meskipun itu pelihan keduaku (pilihan pertama Kedokteran umum UGM)

USM STAN, alhamdulillah Pajak

perjalanan panjang
dan akhirnya
aku masih harus terus berjuang

yang paling aku ingat, ya pagi itu di lab.bahasa
entah kau ingat atau tidak
dan aku juga tidak tahu iya atau tidak

never forgotten memories of my life
come in my mind
feel it
want to come back, but i can't

just keep it, freeze and soluble in my heart
and if i heard
and see
your gleaming eyes

once again
once again

-panji-

Minggu, 06 Desember 2009

why it's so regretful

ngeblog juga setelah sekian lama enggak ngeblog, pagi-pagi udara jakarta masih cukup segar.
tapi
pikiranku sedang kacau

so confusing my mind, between two problems. aku kira hal ini tidak akan berlanjut setelah aku memilih. ternyata yang terjadi jauh lebih buruk.
aku merasa kurang nyaman
aku merasa bingung

aku ingin sekali cerita, ya sudah susah kau memikirkan hal ini. aku tidak fokus.
tapi untung aku masih bisa bertahan dengan baik dalam ketidakfokusanku ini.
mereka yang ingin aku jadikan tempat bercerita seakan-akan marah padaku, padahal siapa lagi ?
aku takut bercerita pada orang tuaku, aku tidak ingin menambah masalah mereka.

apa aku harus bercerita tentang semuanya lewat blog ini ?
dan aku benar-benar tidak menyangka

-panji-